Saturday, August 04, 2007

 

Selamat Datang di Bulannya Para Pengemis!

August kata orang Singapura, Agustus kata orang Indonesia atau bahkan Ogos kata orang Malaysia memiliki makna yang sangat penting bagi ketiga bangsa itu. Ketiganya bebas dari kolonialisme pada bulan yang sama, walaupun berbeda tahun.

Dari ketiga bangsa itu, yang paling perih usahanya untuk dapat lepas dari kolonialisme adalah bangsa Indonesia. Perang yang relatif tidak berhenti--walaupun sifatnya sporadis dan terpecah--sejak bangsa 'barat' menginjakkan kakinya di wilayah kepulauan terluas di dunia ini di abad ke-16. Bahkan kemerdekaan yang didapat tahun 1945 itu tidak serta merta meredakan peperangan yang terus berlangsung sampai tahun 1949 (ketika bangsa 'barat' tetap berusaha untuk menguasai kembali wilayah ini). Malaysia dan Singapura yang lebih beruntung "dibuatkan sistem pemerintahan dan administrasinya" oleh bangsa Inggris juga lebih beruntung dalam "menasionalisasikan" wilayahnya. Tidak ada peperangan berdarah-darah panjang yang perlu dilakukan oleh kedua bangsa tersebut untuk memperoleh hak azasi "kemerdekaan".

Di bulan Agustus tahun 2007 ini, Indonesia sudah "merdeka" selama 57 tahun, Malaysia memperingati "Our Nasionhood"nya yang ke-50, dan Singapura--nah ini yang susah ngitungnya--self governance dikasih Inggris tahun 1959,kemudian sempat bergabung dengan Malaysia tahun 1963, terus ribut-ribut dan akhirnya mendapatkan "sovereignty"nya tahun 1965.

JADI PENGEMIS UNTUK MEMPERINGATI KEMERDEKAAN
Nah dari ketiga negara yang sangat dekat letaknya itu,yang saling mirip warna kulitnya, yang sama jenis makanan pokoknya, yang paling norak dan gak pake otak cara memperingati kemerdekaan bangsanya kok ya aneh bin ajaib malah negara yang usaha untuk merdekanya paling ulet dan berdarah-darah--Ya tebakan anda benar, Indonesia!

Tidak perlu jeli untuk merasakan GAIRAH MENGEMIS YANG SANGAT KENTAL yang dilakukan oleh rakyat bangsa besar ini untuk dapat memperingati hari 'kemerdekaan'nya. Sejak bulan Juli hampir di seluruh ruas jalan-kecuali jalan tol-kita dapati segerombolan anak muda kate (Karang Taruna) yang memblokir jalan meminta sumbangan untuk pertandingan olahraga antar kampung dan malam pentas seni. Ada yang pake cara baik-baik, banyak juga yang memaksa. Yang agak punya sedikit malu menawarkan atau (sedikit) memaksa semua pengemudi yang lewat untuk membeli air minum botol/gelas dengan harga tertentu.

Kalo di suatu daerah ada toko atau perusahaan, maka perkumpulan muda-mudi (banyak juga yang sudah punya anak masih ikutan lho) itu akan menyebarkan "proposal" kegiatan yang ujung-ujungnya ya ngemis juga.

Dana yang terkumpul akan dihambur-hamburkan untuk acara yang sifatnya temporer dan dangkal (ini menurut saya sih). Balap karung,makan kerupuk, dilanjutkan dengan goyangan seronok di malam dangdutan, aha!

Setidaknya saya belum pernah dengar apalagi lihat ada gerobolan pemuda pemudi kampung anu yang cara memperingati hari kemerdekaan bangsanya dengan cara yang elegan (gak ngemis dengan segala macam bentuknya) dan acara yang bagus (bersifat membangun masyarakat dalam jangka waktu yang lama).

"Serius amat sih! Rakyat 'kan perlu hiburan!"
Hiburan?Emangnya stasiun televisi kita masih cuma satu? 'Lha sinetron dan seabrek acara "cuma untuk hiburan" itu apa gak cukup? Lagian apa hubungan antara "merenungkan jerih payah para pejuang dan apa yang perlu dilakukan untuk membuat seluruh rakyat dapat menikmati makmurnya kemerdekaan" dengan acara tarik tambang dan liur para lelaki yang menetes lihat goyangan biduan dangdut yang aduhai?

Kalo masalah ramai-ramai mengemis saja dianggap tidak perlu diseriusin, tepatlah kalo bangsa Indonesia terkenal di mata dunia sebagai BANGSA PENGEMIS yang sangat BANGGA pada prestasi pahlawan mereka dulu...yang faktanya gak ikut-ikut joged dangdut kala malam kesenian 17 Agustus.

Malu aku jadi orang indonesia!



This page is powered by Blogger. Isn't yours?